Pemuda Muslim Angkat Suara dan Meminta diluruskan Terkait Framing SI-Merah Pada Tokoh Islam Haji Salahudin Bin Talibudin


PEMUDAMUSLIM.ORG | SULTENG, Ketua Wilayah Pemuda Muslim Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah Bung Syahril Rahman angkat suara dan minta diluruskan tetkait framing SI-Merah pada Tokoh Sarekat  Islam Salahudin Bin Talibudin asal Halmahera Tengah, Maluku Utara yang akan dianugerahi gelar pahlawan pada 7 Nopember 2022 nanti.


Bung Syahril meminta framing yang sudah beredar luas terkait Haji Salahudin Bin Talibudin yang berjuang melalui SI-Merah tahun 1928 diralat dan diluruskan karena hal tersebut bertolak belakang dengan fakta sejarah karena menurutnya SI-Merah bukan representatif dan bukan bagian dari Sarekat Islam, bahkan Syahril menjelaskan bahwa setelah Kongres Nasional CSI pada 6-10 Oktober 1921 Semaun dipecat dan membuat tandingan SI-Merah namun hanya bertahan sampai 1924 yang akhirnya mendirikan Sarekat Rakyat.


"Kami Sebagai kader biologis SYARIKAT ISLAM yaitu Pemuda Muslimin Indonesia, kqmi perlu angkat suara dan meluruskan terkait Framing dan sebutan SI Merah kepada Pahlawan Nasional." Ujarnya.


"Bagi kami SI Merah itu sejarahnya jelas..
Pecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini krn desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis." lanjutnya.


"Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka menanti pengecualian untuk PKI. Namun usaha ini tidak berhasil sebab disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun turut pula dikeluarkan, sebab disiplin partai tidak memperbolehkannya." Ungkapnya.


"Keputusan mengenai disiplin partai diperkeras lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah bertukar nama menjadi "Sarekat Rakyat" tegasnya.


"Jika Pahlawan Nasional ini H.SALAHUDDIN bergabung di SI pada tahun 1928, dengan sebutan SI MERAH. Maka kami MENOLAK.
Bahaya ini, media ubah sejarah tentang ketokohan SALAHUDDIN Sebagai pejuang SYARIKAT ISLAM di tanah Maluku Utara." tutup Bung Syahril.


Mengenal Sejarah SI-Merah


Sarekat Islam atau dikenal dengan istilah SI adalah organisasi Islam pertama di Indonesia yang menentang adanya bentuk ketidakadilan di dalam sistem kolonialisme yang terjadi di Indonesia. 


Bermula dari Sarekat Dagang Islam (Rekso Rumekso) ialah organisasi perkumpulan pedagang batik pribumi di Laweyan Surakarta, yang diprakarsai oleh K.H. Samanudi pada tanggal 16 Oktober 1905 Kemudian berganti menjadi Sarekat Islam atau SI setelah H.O.S Tjokroaminoto bergabung pada 1908.


Pada Tahun 1912 berubah nama menjadi Sarekat Islam dan dalam perkembangannya SI memiliki puluhan cabang termasuk Sarekat Islam Semarang. Sarekat Islam Cabang Semarang atau SI Semarang merupakan gerakan yang berasal dari kelompok masyarakat yang tidak bisa lepaskan diri sendiri dari pengaruh masa lampau.


Pada tanggal 6 Mei 1917, Mohammad Joesef yang menjabat sebagai Presiden SI Semarang menyerahkan kekuasaan terhadap Semaoen. 


Semula mayoritas anggota yang terdapat di dalam SI Semarang merupakan kaum kelas menengah dan pegawai negeri yang keluar dari SI Pusat. Namun setelah Semaoen berkuasa, mayoritas anggotanya berubah menjadi para kaum buruh dan kaum kecil. 


Sejak SI Semarang telah mendapat badan hukum, para pengurus SI Semarang secara giat melakukan propaganda di tengah masyarakat yang ada di Jombang, Lemah Gempal, Kampung Melayu, Kampung Batik dan Genuk. Dengan melakukan propaganda di titik wilayah tersebut, para pengurus juga menerangkan bahwa SI Semarang bergerak sesuai Anggaran Dasar yang telah disahkan secara resmi. 


Dibawah kekuasaan Semaoen, gerakan SI Semarang berubah menjadi gerakan radikalisme dan menyebabkan reaksi yang keras dari pemerintah kolonial. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh yang diajarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914.


Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi sebab segala sesuatu yang diajarkan yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenali sbg "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berlainan.


Pada 6-10 1921 digelar Kongres luar biasa Central Sarekat Islam di Surabaya dan hasil akhir memutuskan bahwa Semaoen dan para anggota SI yang merangkap menjadi anggota Partai Komunis dikeluarkan dari Sarekat Islam sebagai penegakan disiplin Organisasi termasuk yang menjabat di Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis).


Kemudian Kelompok SI Semarang pecatan yang dipimpin Semaun melakukan tandingan dengan membentuk  Sarekat Islam Merah atau SI Merah yang berlandaskan Sosialisme Kiri (Komunisme) namun gerakan SI Merah tidak berlangsung lama dan pada tahun 1924 berubah menjadi Sarekat Rakyat.


Sumber Buku: 

Soe Hok Gie, Di Bawah Lentera Merah, Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1999.

Jack Pralay, Sarekat Islam dan Kiri di Semarang, Jurnal Sejarah, Universitas Negeri Semarang, academica.edu.


Kategori: Pimpinan Wilayah, Sejarah Tokoh
Bidang Media dan Penggalangan Opini
PB Pemuda Muslimin Indonesia

Posting Komentar

Copyright © PB Pemuda Muslimin Indonesia . Template Designed by OddThemes