Menemukenali Organisasi | Siyasah


MENEMUKENALI ORGANISASI 

Oleh: Safrudin Djosan


“Saya Harus Faham Dulu, Baru Saya Berbuat” (Miing Bagito)


Begitu banyak organisasi atau perkumpulan di negeri kita, mulai dari tingkatan terkecil semacam komunitas atau paguyuban hingga yang besar-besar yang bersebutan organisasi kemasyarakatan. Selain itu juga ada Parpol sebagai organisasi politik praktis yang secara khas punya misi pada kekuasaan. Masing-masing Ormas biasa diperlengkapi dengan berbagai susunan barisan serumpun di bawahnya dengan sebutan organisasi sayap (Orsap) atau organisasi otonom (Ortom). Semuanya menjadi tempat ‘orang-orang berkumpul’ dan melakukan aktivitas sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi yang hendak diperjuangkan. Tentu saja maksud dan tujuan dari keberadaan organisasi atau perkumpulan itu pastilah baik demi kepentingan membangun kebajikan bersama.


Ketika seseorang memasuki atau bergabung dalam suatu organisasi, apakah itu berbasis atau bercorak keagamaan, profesi, atau sekadar paguyuban dalam artian sebagai ‘wadah kumpul-kumpul’ dan curah pendapat maka yang kudu dilakukan adalah menemukenali apa dan bagaimana wadah yang hendak dimasuki itu. Kenali baik-baik. Lakukan internalisasi di dalamnya.


Fenomena mujmal yang terjadi, saat seseorang menjadi anggota sebuah organisasi biasanya dengan tanpa melakukan proses internalisasi, sehingga dalam berkiprah ia akan membawa pikirannya sendiri. Padahal dalam konteks organisasi, khususnya organisasi yang telah berdiri lama, tentu memiliki pakem-pakem khas yang mencirikan dan mencitrakan keberadaan organisasi tersebut.  Amat jarang ketika seseorang masuki suatu organisasi lalu bertanya tentang aturan-aturan atau ketentuan mendasar yang menaungi keberadaan dan kiprah kejuangan organisasi itu, dan biasanya yang bersangkutan langsung fokus pada program dengan melebur diri sibuk di dalam aktivitasnya.


Menarik apa yang dinyatakan Miing Bagito tatkala diberi amanah menjadi Kepala Bakominfo Lajnah Tanfidziyah/Pimpinan Pusat Syarikat Islam Masa Jihad 2021-2026. “Saya harus tahu dulu secara lebih mendalam dan komprehensif tentang Syarikat Islam dan kiprah kejuangannya, demi menambah pemahaman dari bacaan saya tentang Syarikat Islam yang saya kenal selama ini. Saya butuh itu, dan baru akan bergerak melakukan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab saya, sesuai yang diamanahkan.”  Apa yang diutarakan Miing adalah merupakan sikap kritis dan cermat dalam konteks seseorang berorganisasi. Meski berpengalaman dan mampu bekerja profesional, ia tak hendak ujug-ujug membawa pikirannya sendiri.


Ketika seseorang masuk menjadi anggota organisasi yang kudu dilakukan dalam rangka menemukenali apa dan bagaimana tentang  organisasi itu, antara lain: Pertama, baca baik-baik aturan dasar mulai dari landasan filosofis, historis, kerangka hukum/aturan sebagai ketetapan organisasi ---yang satu sama lain saling bertautan, juga pola relasi dan interaksi yang menjadi ciri atau kekhasan yang melekat dalam ‘budaya’ organisasi itu. Baca dan fahami juga nilai-nilai yang menjadi khazanah kekayaan organisasi dalam bentuk dokumen atau literasi yang ada dan dijadikan sebagai rujukan.  Kedua, kenali apa yang menjadi keteladanan yang laik tiru (suri tauladan) pada organisasi itu, semisal kebijakan atau prestasi yang pernah ditempuh termasuk siapa-siapa tokoh-tokoh teladan yang ada atau pernah ada yang berjasa berjuang dalam membesarkan organisasi yang patut untuk dijadikan cerminan. Ketiga, fahami tradisi yang tumbuh sebagai budaya organisasi, lalu  secara sadar berkomitmen melakukan penyesuaian diri untuk berkiprah dengan menawarkan inovasi-inovasi kreatif yang bersesuaian dengan maksud dan tujuan organisasi itu didirikan,  sehingga organisasi akan menjadi semakin baik dan berkemajuan.  Keempat, yang lazim terjadi yaitu konflik dalam organisasi, maka hindari tema ini sejak potensi konflik itu mulai ada. Jauhkan diri untuk tidak terlibat dalam konflik internal. Jangan jadi penyebab masalah, yang terbaik justru menjadi penyelesai masalah. Tentu masih banyak hal lainnya yang bisa dijadikan rujukan dalam konteks aktif dalam berorganisasi tersebut.


Tak kalah penting, menjadi bagian dari sebuah perkumpulan sejatinya bukan didasari oleh semangat cari jabatan atau kedudukan atau nomenklatur serupa lainnya tetapi yang benar adalah bagaimana kehadiran seseorang di organisasi atau perkumpulan atau paguyuban itu menjadi ‘penguat’ dan bukan ‘pelemah’ atau malah menjadi beban lantaran ulah ketidakfahaman dalam memosisikan diri. Apalagi lantaran ulah dan tingkah laku yang salah, organisasi menjadi menjauh dari pencitraan yang seharusnya terwujudkan dan mengalami kemunduran. Jangan sampai kehadiran seseorang dalam sebuah organisasi itu menjadi percuma, dan dinilai negatif, yang hal itu akan tercatat dalam rentang waktu yang panjang.


Komitmen yang dibangun dari rasa kesadaran penuh amatlah penting dan utama, yang dari komitmen itu diwujudnyatakan secara konsekuen melalui kerja-kerja maslahat yang dilakukan sepenuh hati, lalu pelihara hal-ihwal yang sarwakebajikan itu secara konsisten atau istiqamah. Dengan model penyikapan diri serupa ini, Insya-Allah siapa pun akan benar-benar bermanfaat bagi organisasi dan perkauman. Tentu tak ada yang sempurna di diri manusia. Akan ada saja kesalahan atau kekhilafan dalam perbuatan, maka cepat-cepat perbaiki diri, lantaran potensi lupa dan alpa adalah hal yang manusiawi.


Lalu, salahkah kalau seseorang berambisi meraih sesuatu dalam konteks berorganisasi? Tentu tidak salah, sepanjang bertujuan baik dan benar. Ambisi boleh-boleh saja dan bahkan perlu. Namun yang harus dihindari adalah sikap ambisius, memaksakan diri, dan melakukan cara-cara yang keliru sebab hal itu akan menjadi beban tersendiri, yang salah-salah jika hasrat atau ambisi itu tidak terwujud maka ia akan menjadi sesuatu yang justru tak baik bagi si pelakunya, juga berdampak terhadap organisasi.  Yang bagus adalah sebagaimana ungkapan mengalir seperti air dengan apa adanya, toh ia akan sampai di titik tuju yang pas.


Nah, pada titik sampai tertentu itulah sesungguhnya kapasitas dan kapabelitas keberadaan seseorang ditentukan. Terima itu dengan keikhlasan berbalut kesyukuran. 


edisi#sejenakbarengbangmiing#bukber2022


Kategori: Siyasah

Penulis adalah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan PB Pemuda Muslimin Indonesia



Posting Komentar

Copyright © PB Pemuda Muslimin Indonesia . Template Designed by OddThemes